Senin, 17 Juni 2013

ILMU KALAM, FILSAFAT dan TASAWUF



ILMU KALAM, FILSAFAT dan TASAWUF
A.           PENDAHULUAN
Islam sebagaimana di jumpai dalam sejarah, ternyata tidak sesempit yang di pahami pada umumnya. Dalam sejarah terlihat bahwa Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunah dapat berhubungan dengan pertumbuhan dengan masyarakat luas. Dari persentuhan tersebut lahir berbagai disiplin ilmu  seperti Teologi atau ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf.
Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf adalah ilmu yang dilahirkan  dari persentuhan Islam dengan berbagai masalah sosiokultural yang dihadapi oleh masyarkat, yang kemudian berkembang mencari dan mempertahankan kebenaran.
Dari ilmu-ilmu itu lahir para pakar kelas dunia yang telah berhasil mempertahankan ilmu pengetahuan dalam sosok yang bernuansa Islam.
Mempelajari hasil pemikiran mereka bukan saja merupakan panggilan sejarah, lebih dari telah memberi landasan rasional bagi keimanan kita.
Tidak ada salahnya apabila hasil pemikiran mereka itu dipelajari secara intens di perguruan melalui mata kuliah Ilmu Kalam, dan disini pemakalah ingin menguraikan tentang makalah kami yang berjudul Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf serta hubungan dari ilmu-ilmu tersebut.[1]
B.            RUMUSAN MASALAH
1.        Apakah pengertian ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf ?
2.        Apakah hubungan antara ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf ?




C.           PEMBAHASAN
1.             Pengertian Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
a)             Ilmu Kalam
Secara harfiyah, kalam berarti pembicaraan atau perkataan. Di dalam lapangan pemikiran Islam, Istilah kalam memiliki dua pengertian : pertama, sabda Allah (The word of god), dan kedua ilm al-Kalam (The science of kalam).[2]
Nama lain dari Ilmu Kalam adalah Ilmu Aqaid (ilmu akidah-akidah), Ilmu Tauhid (Ilmu tentang Kemaha Esa-an Tuhan), Ilmu Ushuluddin (Ilmu pokok-pokok agama). Disebut juga 'Teologi Islam'. 'Theos yang berarti Tuhan dan 'Logos' yang berarti ilmu. Berarti ilmu tentang ke-Tuhanan yang di dasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam, termasuk di dalamnya persoalan-persoalan ghaib. Para ulama Kalam (mutakalimin)  berpendapat bahwa ilmu tauhid juga dinamakan Ilmu Kalam karena  masalah dari kedua ilmu tersebut tentang al-Qur’an, Subtansi dan cara mengaplikasikan untuk pokok-pokok aqidah.[3]
Menurut Ibnu Khaldun dalam kitab Moqodimah mengatakan ilmu kalam adalah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan-keprcayaan iman dengan menggunakan dalil fikiran dan juga berisi tentang bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan menyimpang. Ilmu adalah pengetahuan dan Kalam adalah pembicaraan, pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan persoalan terpenting yang dibicarakan pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (al-Qur'an).[4]
Definisi Ilmu Kalam menurut Al-Farabi adalah disiplin ilmu yang membahas Dzat dan Sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati, berlandaskan doktrin Islam.[5]
Di dalam al-Qur’an, Istilah kalam ini dapat ditemukan dalam ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan salah satu sifat Allah, yaitu Kalamullah. Di antaranya adalah An-Nisa ayat 164
Wxßâur ôs% öNßg»oYóÁ|Ás% šøn=tã `ÏB ã@ö6s% Wxßâur öN©9 öNßgóÁÝÁø)tR
 šøn=tã 4 zN¯=x.ur ª!$# 4ÓyqãB $VJŠÎ=ò6s? ÇÊÏÍÈ  
164. dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.[6]

b)            Ilmu Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Arab, falsafah dan dari bahasa Yunani, philoshopia, kata majemuk yang terdiri dari kata philos yang artinya cinta atau suka, dan kata shopia yang artinya bijaksana.
Secara triminologis, filsafat mempunyai arti yang bermacam-macam, sebanyak orang yang memberikan pengertian atau batasan. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
1.             Plato (427 SM -347 SM ). Ia seorang filsuf Yunani terkenal, gurunya Aristoteles, ia sendiri berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, ilmu yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
2.             Aristoteles (381 SM – 322 SM ), ia mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu : Metafisika, Logika, Etika, Ekonomi, Politik, dan Estetika.
3.             Marcus Tullius Cicero (106 SM- 43 SM ), seorang politikus dan ahli pidato Romawi, ia merumuskan filsafat sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4.             Al-Farabbi (w. 950 m), seorang filsuf muslim mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyediki hakikat yang sebenarnaya.[7]





a)             Ilmu Tasawuf
Secara etimologis kata tasawuf adalah nisbah terhadap akar kata shuf (baju wol), sehingga memeiliki arti memakai baju wol.[8]
Kata tasawuf berasal dari kata di antaranya shufi yang artinya suci dan Abu Hasyim Al-Kufi (w. 150 H.) mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata suf yang artinya yang di buat dari bulu yaitu wol. Adapun seorang tokoh yang bernama Syeh Junaidi Al Baghdad mengatakan tasawuf ialah hendaknya keadaanmu beserta Allah tanpa perantara.
Demikian di antara definisi-definisi tasawuf di atas dan bisa kita simpulkan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji, tidak mementingkan urusan dunia merasa cukup atas segala pemberian Allah atas dirinya disertai tawakal dan mehabbah kepada Allah.
Menurut Harun Nasution mendefinisikan tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Alloh agar memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan bahwa seseorang betul-betul berada di hadirat Tuhan.[9]
1)    Sumber Tasawuf
Prof. DR. Hamka dalam bukunya “Perkembangan Tasawuf dari abad ke abad  menyimpulkan, “bahwasanya tasawuf Islam telah tumbuh sejak tumbuhnya  agama Islam itu sendiri. Bertumbuh dari dalam jiwa pendiri Islam itu sendiri, yaitu Nabi Muhammad SAW. dan kemudian al-Qur’an serta as-Sunnah.
Paham bahwa Tuhan dekat dengan manusia, yang merupakan ajaran dasar yang dapat dijelaskan dalam al-Qur'an Surat al-Baqoroh ayat 186.
#sŒÎ)ur y7s9r'y ÏŠ$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=ƒÌs% ( Ü=Å_é& nouqôãyŠ Æí#¤$!$# #sŒÎ) Èb$tãyŠ ( (#qç6ÉftGó¡uŠù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 šcrßä©ötƒ ÇÊÑÏÈ
Artinya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
2)    Tujuan Tasawuf
Tujuan pokok tasawuf adalah untuk mencapai makrifatulloh dengan sebenar-benarnya dan tersingkapnya dinding yang membatasi diri dengan Allah. Bagi mutashowwifin dalam mendekatkan diri kepada Allah selalu dilandasi semangat ibadah dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan hidup dan ma’rifatulloh.
a)      Ma’rifatbillah
Ma’rifatbillah adalah melihat Tuhan dengan hati mereka secara jelas dan nyata dengan segala kenikmatan dan kebesara-Nya tetapi tidak dengan kaifiyat artinya Tuhan digambarkan terbukanya seperti benda atau manusia ataupun yang lain.[10]
Menurut Imam Ghozali pernah menyampaikan pengalamanya untuk menguatakan pembicaraanya tentang ru’yah dengan katanya sebagai berikut: “Begitu nyata sebagaimana saya kenal Tuhan itu di dunia dengan ma’rifat hakikat yang sempurna dengan tidak berupa gambaran dan khayalan, dengan tidak ada keterangan bentuk dan rupa, engkau melihat Tuhan itu demikian kelak di akhirat.
b)      Insan Kamil
Yaitu tercapainya martabat dan derajat kesempurnaan di mata sang Khaliq.[11]
2.      Persamaan dan Perbedaan Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
Dari uraian di atas, terdapat titik persamaan dan perbedaan antara Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Persamaan pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan dari ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut kebenaran (Al-haq) atau ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.[12]
Sedangkan perbedaannya terletak pada cara menemukan kebenarannya.
Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati. Tasawuf menemukan kebenaran dengan melewati beberapa jalan yaitu: maqomat, hal (state) kemudian fana'. Sedangkan kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada Nash (Al-Qur'an & Hadis).
Kebenaran dalam Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud) yakni tidak dapat dibuktikan dengan riset, empiris, dan eksperimen. Filsafat menemukan kebenaran dengan menuangkan akal budi secara radikal, integral, dan universal.[13]

3.             Hubungan Antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf
a)             Hubungan Ilmu Kalam dengan Filsafat Islam adalah bahwa ilmu kalam dan filsafat Islam memiliki hubungan karena pada dasarnya ilmu kalam adalah ilmu ketuhanan dan keagamaan Sedangkan filsafat Islam adalah pembuktian intelektual.
Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah swt. Dan sifat-sifatnya serta hubungannya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syari’at-Nya. Obyek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya.
b)      Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam adalah disiplin ilmu ke-Islaman yang  banyak mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah sampai pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi yang dimaksudkan adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis, sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil al-Qur’an dan hadits.
Pembicaraan materi-materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah. Sebagai contoh, ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika membaca al-Qur’an, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dari kekuasaan Allah? Pernyataan-pernyataan di atas sulit terjawabhanya dengan berlandaskan pada ilmu kalam. Biasanya, yang membicarakan penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia adalah ilmu Tasawuf. [14]
c)      Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf
yaitu saling menguatkan dan membantu dalam mencari kebenaran yang menjadi tujuan utama ketiganya.Walaupun dengan cara yang berbeda, yaitu pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai 'kebenaran terjauh' dimana tidak semua orang dapat melakukannya dan mencari apa yang disebut kebenaran (Al-haq).

D.           KESIMPULAN
Ilmu Kalam adalah Ilmu pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan persoalan terpenting yang di bicarakan pada awal Islam adalah tentang Kalam Allah (al-Qur'an).
Ilmu Filsafat adalah filsafat ilmu pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.
Ilmu Tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, menghias diri dengan sifat-sifat terpuji, tidak mementingkan urusan dunia merasa cukup atas segala pemberian Allah atas dirinya disertai tawakal dan menghabbah kepada Allah.
Hubungan Antara Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf yaitu saling menguatkan dan membantu dalam mencari kebenaran yang menjadi tujuan utama ketiganya.






DAFTAR PUSTAKA
Chalim, Asep Saifuddin. 2012. Membumikan Aswaja Pegangan Para Guru NU. Surabaya : Khalista
Ghozali, Adeng Muchtar. 2005. Perkembangan Ilmu Kalam dari Kalsik hingga Modern. Bandung : Pustaka Setia
Labib. 2009. Rahasia Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bintang Usaha Jaya
Muhammad, Teungku dan Hasbi Ash-Shiddieqy. 2009. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid/ Kalam. Semarang : Pustaka Rizki
Nata,  Abuddin.2001. Ilmu Kalam, filsafat dan Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Praja, Juhaya S.. 2005 . Aliran-Aliran Filsafat dan Etika.  Jakarta: prenada media

Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar. 2006. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia
http://www.slideshare.net/YandraHelira/hubungan-ilmu-kalam-dengan-filsafat-islam.
http://www.slideshare.net/YandraHelira/hubungan-ilmu-kalam-dengan-filsafat-islam






[1] Abuddin Nata, Ilmu Kalam, filsafat dan Tasawuf (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001), Hal. 1
[2] Adeng Muchtar Ghozali, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern (Bandung :Pustaka Setia, 2005), Hal. 19

[3] Tuengku Muhammad dan Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid / Kalam (Semarang : Pustaka Rizki, 2009), hal. 1-2
[4] http://afrizaldaonk.blogspot.com/2012_03_01_archive.html(di akses tanggal 06feb2013.jam10.30pm)

[5] http://www.slideshare.net/YandraHelira/hubungan-ilmu-kalam-dengan-filsafat-islam. (di akses tanggal 06feb2013.jam10.30pm)
[6] Adeng Muchtar Ghozali, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Modern (Bandung :Pustaka Setia, 2005), Hal. 20
[7]  Juhaya S. Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika  (Jakarta :  prenada media , 2005 ), hal. 17

[8] Asep Saifuddin Chalim, Membumikan Aswaja Pegangan Guru NU (Surabaya : Khalista, 2012), hal. 109
[9] http://afrizaldaonk.blogspot.com/2012_03_01_archive.html .diakses 05/02/2013.10:30pm
[10] Labib,  Rahasia Ilmu Tasawuf, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2009), hal . 30

[11] Ibid.

[12] Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia, 2006), hal. 39
[13] http://afrizaldaonk.blogspot.com/2012_03_01_archive.html .diakses 05/02/2013.10:30pm

[14]http://www.slideshare.net/YandraHelira/hubungan-ilmu-kalam-dengan-filsafat-islam diakses 05/02/2013.10:30pm


Tidak ada komentar:

Posting Komentar